Monday, March 23, 2009

Jadi Bagaimana Proses Flow Demand Management ?



Sering kali terjadi diantara forecaster dan supply planner mengalami ketidak cocokan dimana si supply planner kurang yakin atas demand plan yang dibuat forecaster. Dimana dari sisi supply planner merasa demand plan yang dibuat forecaster selalu tidak benar dan dari sisi forecaster menyatakan bahwa hasil demand plan yang dibuat merasa sudah benar dengan alasan sudah sesuai dengan keinginan pelanggan dimana dari pihak marketing dan sales sudah menyatakan bahwa angka yang didapat adalah benar - benar pelanggan akan beli.
Peristiwa diatas adalah suatu proses demand management yang mungkin awalnya menjadi suatu kejadian biasa. Tapi kalau dilihat secara tidak langsung akan berhubungan dengan banyak pihak seperti secara finansial ada pembelian besar- besaran sehingga dapat menggangu cashlfow. Secara Inventory akan banyak barang menumpuk malah akhirnya ada permintaan perluasan area gudang karena kapasitas daya tampungnya sudah tidak mencukupi. dan banyak lagi ( lihat pembahasan sebelumnya).
Menurut seorang pakar planning dan control bernama Oliver Wight menyatakan bahwa proses demand management melalui beberapa tahapan yaitu tahap 1 demand planning, tahap 2 communicating demand, tahap 3 influencing demand , tahap 4 Prioritizing Demand dan kembali ke tahap 1 kembali.
Tahap 1 planning demand
proses membuat demand plan.
Tahap 2 communicating demand
proses mengkomunikasikan demand planning dengan bagian supply dan finance.
Tahap 3 influencing demand
disini seharusnya berhubungan dengan aktifitas dari bagian marketing dan sales seperti taktik dari penjualan, product positioning , pricing , promosi dan lain - lain.
Tahap 4 Prioritizing Demand
proses melakukan pengaturan Customer Order dengan ketersediaan produk dengan melihat prioritas.
Kembali ke tahap 1 lagi untuk melakukan review dan adjustment demand plan apabila perlu.
Apakah sudah melakukan proses diatas ?

1 comment:

Unknown said...

Saya sangat tertarik mengenai topik diatas... Tapi menurut saya sebenarnya ketidak cocokan di forecaster maupun di supply planner itu sangat bisa diminimalisir tentunya dengan suatu system yang bisa mempermudah kedua bagian untuk saling sharing informasi dan komunikasi. Salah satunya dengan Business Intelligent, tapi yang saya maksudkan disini bukan BI pada umumnya tapi BI yg bisa mengsynergykan semua bagian dept yg membutuhkan. "MY"